Jumat, 22 Maret 2013




Iqro
Sudah kita paham bersama bahwa menuntut ilmu itu sebuah kewajiban bagi  kita sebagai orang islam. Wahyu yang diturunkan Allah pertama kali adalah perintah Membaca
 اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. Kata Iqro dalam ayat pertama surat Al-Alaq merupakan kata kerja perintah (fiil amar) yang berasal dari kata qoroa yang artinya membaca menelaah, mempelajari.  Qoroa merupakan jenis kata kerja yang membutuhkan objek (fiil muta’adi) tetapi dalam ayat pertama tersebut tidak terdapat objeknya (maf’ul bih) dari kata kerja perintah tersebut. Ini memberikan isyarat kepada kita bahwa bahwa objek yang harus di kenakan pekerjaan Qoroa sesuai arti diatas tidak hanya terbatas dan mencakup semua hal yang bisa dikenakan arti dari kata Qoroa.
Oleh karena itu perintah menuntut ilmu tidak hanya terbatas pada satu Jenis ilmu saja melainkan berbagai macam ilmu. Kita mungkin tidak asing dengan sebuah hadist  “Ulama adalah pewaris para nabi”. Ketika hadis ini diucapkan oleh lisan kekasih Allah, ilmu-ilmu belum digolongkan dan belum terdapat ilmu-ilmu sejenis ilmu kalam, ilmu hadist dll. Jadi kata Al-Ulama dalam hadist ini tidak hanya terbatas pada siapa saja yang menguasai ilmu-ilmu agama, melainkan semua ilmu yang bermanfaat.
Kita pasti akan terkagum pada sejarah  peradaban Islam ketika Islam mencapai kejayaannya dalam ilmu pengetahuan terutama pada dinasti Bani Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Pada masa tersebut mencul para cendikiawan muslim seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, dll. Mereka semua tidak hanya dikenal oleh kalangan orang islam karena ilmu keislamannya, melainkan pula orang Non Islam pun mengenal mereka karena sumbangannya bagi ilmu pengetahun. Ilmu mereka pun menjadi referensi utama para ilmuan sampai saat ini.
Kita sebagai pelajar muslim, seharusnya tidak hanya terfokus untuk belajar ilmu Agama saja dengan menafikan ilmu umum. Hal seperti itulah yang membuat kita sekarang jauh tertinggal dari bangsa Barat. Mungkin disinilah kelemahan kita bersama, kita janganhanya berbangga dengan apa yang telah diraih oleh pendahulu kita pada jaman keemasan islam.

Kamis, 07 Maret 2013



berkenalan dengan ta'lim muta'alim

Kisah tentang kemajuan ilmu pengetahuan dunia islam di masa silam, sungguh membuat siapapun yang mendengarnya akan berdecak kagum kagum. Dalam tempo yang teramat singkat Islam telah membawa bangsa Arab pada puncak peradabannya. Ketika itu bangsa Barat masih berada dalam kegelapan ilmu pengetahuan yang masih dikuasai oleh kepentingan Gereja, sedangkan kemajuan intelektual umat Islam mengalami perkembangan yang luar biasa.
Kita seharusnya tidak terpaku begitu saja pada kejayaan Islam. Sudah saatnya sebagai generasi penerus, kita seharusnya membangkitkan kembali kejayaan yang pernah diraih oleh pendahulu kita. Untuk itu penting bagi kita mengetahui faktor utama dari kemajuan yang pernah dicapai pada masa silam.
Tersebutlah dalam sebuah kitab klasik yang menyajikan metode-metode yang dipakai para ilmuan muslim masa silam. Ta’lim Al-Muta’alim nama kitab itu. Kitab yang dikarang oleh Syaikh Az-Zarnuji untuk menjadi pedoman bagi para pencari ilmu.
Ta’lim Al-Muta’alim merupakan kitab yang senantiasa dijadikan pedoman pondok pesantren untuk memberikan pengetahuan dasar tentang metode pendidikan. Bahkan hampir 90% pesantren di Indonesia menganggap kitab tersebut masih relevan dan dan layak diaplikasikan dalam segala zaman.
Jika kita lihat latar belakang dikarangnya kitab ini yaitu sebagai semangat perlawanan terhadap kemajuan pengetahuan di zaman keemasan Islam dimana banyak sekali ilmuan-ilmuan yang cerdas tetapi sedikit amalnya. Nampaknya kitab ini sudah seharusnya menjadi pegangan bagi setiap pelajar Indonesia yang sedang dilanda krisis akhlak dimana banyak para cendikiawan yang mana antara ilmu dan amalnya tidak sejalan.